Menelusuri Keindahan yang Hilang: Mengungkap Fakta Menarik tentang Desa Legetang Dieng
Sekilas tentang Desa Legetang Dieng
Desa Legetang merupakan sebuah dusun yang berjarak hanya 3 kilometer dari Kawah Sileri, kawah terbesar di Dataran Tinggi Dieng.
Dieng sendiri merupakan dataran tinggi kedua tertinggi di dunia, dengan ketinggian mencapai 2.000 meter di atas permukaan laut.
Desa Legetang terletak di antara Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing, sehingga desa ini berada di dalam kompleks gunung berapi.
Seperti wilayah gunung berapi lainnya, penduduk Desa Legetang Dieng harus hidup dalam situasi yang seperti bom waktu.
Gunung dapat meletus kapan saja, terutama karena Dieng memiliki banyak kawah, bukan hanya Kawah Sileri.
Kawah-kawah di sekitar Dieng sering mengalami erupsi, biasanya disertai dengan gempa.
Sebagai wilayah gunung berapi, area di sekitar Desa Legetang Dieng ini sangat subur.
Meskipun demikian, penduduk sebenarnya tidak diperbolehkan untuk bercocok tanam di lereng gunung, karena hal tersebut dapat memicu erupsi yang berbahaya.
Namun sayangnya, tidak hanya di Desa Legetang, masih banyak penduduk di desa-desa sekitarnya yang tetap memanfaatkan lahan berbahaya untuk bertani.
Fakta Menarik tentang Desa Legetang Dieng
Ada berbagai fakta menarik seputar Desa Legetang Dieng yang sering diceritakan dari mulut ke mulut.
Jangan khawatir, berikut adalah 7 fakta menarik tentang desa yang terletak dekat Kawah Sileri ini:
1. Tanah di Desa Legetang Dieng sangat subur
Desa Legetang diberkahi dengan tanah yang sangat subur.
Bertani di desa ini hampir selalu berhasil. Tanahnya gembur, yang sangat disukai oleh para petani.
Namun, karena tanahnya juga sangat labil, tidak disarankan untuk bertani dalam skala besar.
Namun, bercocok tanam untuk kebutuhan rumah tangga di sekitar rumah masih aman dilakukan.
2. Penduduk desa bercocok tanam kentang
Seperti kehidupan di desa-desa sekitar Dataran Tinggi Dieng, banyak penduduk Desa Legetang yang bercocok tanam sendiri.
Mereka menanam tanaman tersebut untuk kebutuhan rumah tangga mereka sendiri atau dijual kembali.
Meskipun ada banyak jenis tanaman yang dibudidayakan, kentang menjadi salah satu tanaman yang paling umum ditemukan di desa-desa sekitar Dieng, termasuk Desa Legetang.
Meskipun pada saat itu Dataran Tinggi Dieng belum menjadi destinasi wisata yang populer seperti sekarang, penduduk Legetang sudah menanam kentang.
3. Jumlah penduduk lebih dari 450 orang pada tahun 1955
Pada tahun 1955, Desa Legetang Dieng dihuni oleh lebih dari 450 jiwa.
Mayoritas penduduknya mencari nafkah melalui bertani.
Selain itu, beberapa anak penduduk juga merantau ke desa atau kota lain, meskipun jumlahnya tidak banyak.
4. Mengalami bencana tanah longsor
Pada tanggal 17 April 1955, di malam hari saat hujan turun, Desa Legetang Dieng mengalami bencana tanah longsor yang dahsyat.
Longsoran tersebut berasal dari Gunung Pengamun-amun.
Bencana ini begitu hebat sehingga seluruh penduduk desa beserta dusunnya tertimbun.
Tidak ada yang selamat dari bencana ini.
Kisahnya hanya diceritakan dari mulut ke mulut oleh keturunan yang saat itu tidak tinggal di Desa Legetang.
Warga yang tinggal di sekitar Desa Legetang juga menceritakan apa yang mereka ketahui tentang peristiwa tragis tersebut.
5. Kebingungan warga sekitar terkait tanah longsor
Warga sekitar Desa Legetang saat itu cukup bingung dengan bencana tanah longsor yang begitu parah.
Pasalnya, Gunung Pengamun-amun terletak ratusan meter jauhnya dari Desa Legetang.
Selain itu, ada parit yang memisahkan antara gunung dan desa tersebut.
Bahkan desa lain yang lebih dekat dengan gunung tidak terkena longsoran. Sampai sekarang, misteri tersebut masih menjadi rahasia alam.
6. Desa Legetang Dieng tinggal nama
Jika Anda tertarik untuk mengunjungi Desa Legetang Dieng, sayangnya desa ini hanya tinggal nama. Sejak terjadinya bencana tanah longsor pada tanggal 17 April 1955, dusun yang dihuni oleh 450 jiwa itu hancur total. Dusunnya telah terkubur di bawah tanah, sehingga sekarang tidak bisa lagi dikunjungi.
7. Tugu Beton Desa Legetang
Jika Anda mengunjungi Dataran Gunung Dieng sekarang, masih bisa melihat sisa-sisa keberadaan desa ini. Di tempat bekas desa, berdiri sebuah tugu beton setinggi 10 meter. Tugu tersebut didirikan sebagai pengingat bagi penduduk akan keberadaan Desa Legetang dan bencana tanah longsor yang pernah terjadi di sana.
Tugu yang berada di tengah ladang kentang milik salah satu penduduk setempat, seakan menjadi pengingat agar penduduk tetap waspada setiap harinya selama mereka tinggal di kawasan Dieng. Tugu ini memberikan peringatan untuk menghindari hal-hal yang berbahaya dan mengetahui tindakan yang harus dilakukan jika gunung berapi mulai aktif.
Namun, sayangnya tugu tersebut tampak tidak terawat. Retakan-retakan yang cukup parah sudah terlihat di berbagai sisinya. Tugu yang berada di Desa Kepakisan tersebut memiliki tulisan yang mencatat jumlah korban bencana tanah longsor, yaitu 450 orang.
Itulah 7 fakta menarik tentang Desa Legetang Dieng. Meskipun desanya sudah tidak ada lagi, kita masih dapat mengunjungi tugu tersebut untuk mengetahui lokasi yang pernah menjadi tempat Desa Legetang berdiri.
Dalam perjalanan menjelajahi Dataran Tinggi Dieng, terkadang kita menemukan cerita-cerita yang tersembunyi dan perjalanan kita menjadi lebih bermakna. Meskipun Desa Legetang telah hilang, kenangan akan keindahan dan tragedi yang pernah ada di sana tetap terukir dalam cerita dan menjadi bagian dari sejarah Dieng yang tak terlupakan.
0 Response to "Menelusuri Keindahan yang Hilang: Mengungkap Fakta Menarik tentang Desa Legetang Dieng"